Pada jaman dahulu di Desa Sijuk sering disinggahi perahu –perahu dari luar pulau Belitung, terjadi transaksi perdagangan disekitar sungai Sijok, termasuk pedagang keturunan Tionghoa serta pedagang dari pulau Jawa, yang mana masyarakat pada jaman itu hidup rukun dan damai. Bukti lain adanya kelenteng yang sudah ratusan tahun berdiri, dibangun pada tahun 1815 yaitu kelenteng Sijok dan menurut berbagai sumber kelenteng tersebut merupakan kelenteng tertua kedua di pulau Belitung. Tidak begitu jauh dari kelenteng tersebut berdiri pula sebuah mesjid yang juga sudah ratusan tahun berdiri, dibangun pada tahun 1817, yang dulu dikenal dengan nama mesjid Sijok dan sekarang telah diganti namanya menjadi mesjid Al ikhlas. Kedua bangunan tersebut hingga kini masih kokoh berdiri dan merupakan kebanggaan masyarakat desa Sijuk khususnya dan Belitung pada umumnya. Berdasarkan surat – surat yang pernah ada , bahwa Sijuk merupakan bagian dari Buding, hal tersebut banyak ditemukan pada surat – surat yang bertuliskan Sidjoek distric of Buding.
Pada masa perang kemerdekaan masyarakat Desa Sijuk ambil bagaian mengangkat senjata , mempertahankan kemerdekaan , berperang melawan penjajahan belanda yang pada waktu itu berkedudukan di Tanjungpandan. Nama Sijok dikenal luas oleh seluruh penduduk pulau Belitung, namun sampai dengan saat ini tidak ada yang tahu pasti meengenai asal usul nama Sijok tersebut, namun banyak orang memberi makna bahwa Sijok tersebut adalah aman, damai dan tentunya juga berhawa sejuk.