Sijuk yang dikenal saat ini adalah sebuah kecamatan yang berada di bagian utara Kabupaten Belitung. Nama Kecamatan Sijuk diambil dari nama Desa Sijuk yang pada masa lalu merupakan pusat pemukiman yang ramai di utara Pulau Belitung. Cikal bakal Sijuk diawali oleh sebuah permukiman kecil yang ditandai oleh mesjid kuno yang kini bernama Mesjid Al Ikhlas, di Dusun Ulu, Desa Sijuk. Belum diketahui dengan pasti siapa penguasa/kepala wilayah Sijuk yang pertama, namun pada masa pemerintahan Depati Tjakraningrat III (1696-1700) Sijuk menjadi bagian dari wilayah Kerajaan Balok (abad ke-17 - 1874) dengan kedudukan sebagai wilayah Ngabehi. Ngabehi Sijuk kemudian bergelar Ngabehi Mangsa Yuda/Krama Yuda. Selain Sijuk terdapat wilayah lain yang juga dibawahi oleh Kerajaan Balok yaitu Ngabehi Badau, Ngabehi Belantu dan Ngabehi Buding.
Dalam sejarahnya Sijuk merupakan kota transit yang melahirkan banyak saudagar dan cendekia, karena kota ini amat dekat dengan akses ke dunia luar yang ditandai oleh keberadaan pelabuhan, pasar, dan permukiman Cina di sekitar muara Sungai Sijuk. Berdasarkan Laporan Penelitian Arkeologi yang disusun oleh Balai Arkeologi Palembang pada tahun 2004, wilayah Sijuk berkembang pada pertengahan abad ke-19. Pelabuhan (lama) Sijuk terletak di antara kelenteng dan Sungai Sijuk, merupakan pelabuhan alternatif selain Tanjungpandan yang digunakan sebagai pintu gerbang masuknya buruh-buruh tambang yang didatangkan dari Cina sejak 1852. Keberadaan pusat ekonomi di sekitar Sungai Sijuk ini diindikasikan oleh temuan reruntuhan gudang dan pecahan keramik Cina di areal bekas pelabuhan, bekas tapak bangunan rumah saudagar candu, dan fragmen keramik di areal bekas pasar di sisi Barat Kelenteng Sijuk. Kawasan sekitar kelenteng ini kemudian disebut Kampong Cine, sementara penduduk muslim bermukim di sekitar masjid tua di Kampong Ulu dan Piak Aik, tak jauh dari kelenteng.
Jejak sejarah Sijuk kini tertinggal pada ragam arsitektur unik di rumah-rumah kayu yang menua, pada legenda dan kisah-kisah yang mulai jarang dituturkan, pada aneka kuliner yang mulai terlupakan, bahkan pada tetumbuhan yang mulai jarang terlihat. Letak masjid dan kelenteng yang berdekatan juga memberi bukti betapa kerukunan antar etnis antar agama telah sejak lama dihargai di daerah ini. Namun di Sijuk kini, sejarah tak sekedar nostalgia, nuansa kota tua Sijuk telah menjadi daya pikat yang akan membius wisatawan untuk lebih jauh menguak keunikan Sijuk.
